INDAH PADA WAKTUNYA
Tetes-tetes air hujan telah mengguyur jagad bumi…ketika panasterik di sapu hingga sang langit berubah menjadi gelap nan mendung yang berakhir dengan tangisan langit.Tngisan langit yang tak pernah memudarkan hati sang semangat yakni SIDDIQ.Sebuah nama yang indah,KEJUJURAN..sesuai dengan kepperibadian yang ia tahtakan.Seorang anak penjual sayur namun keramah tamahannya dan prestasi-prestasi di bangku SMA nya mampu di unggulkan walaupun Ayahnya telah tiada saat usia nya masih dini.Ia selalu tegas menghadapi rintangan serta kerikil-kerikil yang tajam demi keluarganya.Hidup yang sederhanan tetapi penuh dengan cinta.Ia mempersembahkan untuk Emak dn adik-adiknya.Pada suatu hari…
“Sayur-sayur…”(dengan lantang Emak mempromosikan dagangannya di sepanjang jalan)
“Ya Allah…harus kemana lagi hamba-Mu ini melangkah?tak satu pun orang yang membeli daganganku hari ini,cukupkanlah rizki hamba hari ini demi anak-anak hamba.amin…”
Ketika sang mentari menyengat kulit si Emak serta adzan dhuhur menyerunya dengan nyanyian merdu adzan…bergegas Emak menuju masjid terdekat di sepanjang dekat oleh langkah kakinya untuk beribadah terhadap-Nya.Dengan penuh khusyu’ dan ikhlas,Emak abdikan seluruh hidup dan mati nya hanya untuk Allah SWT.Waktu juga yang melepaskan untuk pulang ke rumah.Saat sore tiba,sesampai di rumah beliau juga melaksanakan kewajiban-kewajibannya seorang Ibu.
Siddiq menatap raut wajah emaknya yang begitu memelas…(dalam hatinya)…
“Emakku kasihan,andai bapak masih hidup mungkin hidup kita dapat berjalan sewajarnya.Langiit ini seolah menjadi atap bagi Emak saat berjualan…terik panas tak menjadi halangan untuk menafkahi kami,Ya Allah…berikanlah yang terbaik bagi kami untuk saat ini…(amien….)”.Kemudian ia bergegas membujuk emaknya agar cepat mandi karena telah di rebuskan air untuk Emak.
“Emak…segeralah mandi,air sudah ku rebus dan beristirahatlah…nanti malam izinkan Siddiq memijiti Emak ya,adik-adik sudah Siddiq urus Mak,tenang saja”
“Terimakasih nak…”,(Emaknya segera mandi untuk melepas lelahnya seharian yang mencari nafkah).
Hingga malam pun muncul,sesuai janjinya,Siddiq memanjakan Emaknya dengan pijitan-pijitan yang handal dari jari-jari mungil Siddiq.
“Wah…anak Emak pijitannya mantap juga…”
“Ach Emak,tapi lebih enakan bukan?.Terimakasih Mak…karena kegigihanmu telah mengajari arti sebuah hidup bagi Siddiq tentang kesederhanaan.Suatu saat Siddiq akan buktikan kepada Emak bahwa kesederhanaan ini sebuah anugerah terindah”.
“Anakku…jalani apa adanya hidup ini,dimana pun kamu berpijak cah ganteng,kejujuran…tetaplah dipertahankan,apapun yang terjadi jangan menyerah karena Allah senantiasa menguji hamba-Nya dalam batas kemampuannya.Doaku menyertaimu”.
Tak terasa tetesan airmata keharuanpun terlinang membasahi pipi Siddiq dan Emak.Amanat-amanat indah dari sebuah ketegaran selalu ia trapkan dalam hidupnya.Setelah shalat isya’ berjama’ah telah usai,Siddiq melanjutkan kembali belajarnya layaknya hari-hari kemarin.Mengajari adik-adiknya,waktu malam nya tak pernah di habiskan untuk hal-hal yang merugikan bagi nya.”WAKTU ADALAH PEDANG”.Tv pun tak punya,rumah yang serba pas-pasan itu hanya mempunyai sebuah radio kecil peninggalan almarhum Bapaknya yang di dapat dari bahas bekas.
Sang malam yang memisahkan kehangatan dalam kebersamaan menuju tempat tidur untuk menenangkan dan istirahat menuju mimpi indah seraya merangkai khayalan bunga tidur nya.
Pagi nan cerah dengan kicauan burung-burung mungil telah membangunkan Siddiq untuk beranjak sekolah.Seperti hari-hari biasa,Emaknya telah pergi untuk berjualan demi menafkahi anak-anak nya.Siddiq terkadang kangen dan ingi supaya Emaknya tidak berjualan.Namun apa daya…bergegas Siddiq mandi lalu ke sekolah bersama adik-adiknya.Dengan berjalan kaki sepanjang 1,5 km atas beasiswa yang di dapatnya,Siddiq tak pernah sombong akan kekayaan otak nya.Dipertemukanlah ia dengan sahabat-sahabat nya di ruang sekolah.Teman-temannya pun tak pernah membeda-bedakan akan status temannya…Siddiq.Hingga jam pulang sekolah pun ia terpisah dengan sahabatnya.
“Apa yang harus Aku buat Ya Allah?,untuk meringankan beban Emak,adik-adikku semakin besar.Aku juga akan menghadapi ujian,pasti Emak tambah kasihan.Berikan lah hamba-Mu ini pekerjaan apaun asalkan halal untuk hari ini,aminnn”
Tiba-tiba di tengah perjalanan,ia mampir ke masjid untuk singgah dan shalat dhuhurr.Seketika selesai…datanglah seorang laki-laki gagah,sudah cukup tua namun gayanya seperti orang yang mampu.
“Nak…badan ku merasa pegal-pegal,apakah di daerah dekat kampung ini,ada tukang pijet?”,(Tanya laki-laki tua itu)
“Maaf Pak…Saya bukan orang sini,Saya singgah sini karena ingin shalat dan sedikit lelah.Bapak butuh bantuan?”
“Apakah kamu bisa memijat kaki Bapak?”
“Tentu…dengan senang hati jika Bapak berkenan.”
“Iya,silahkan…mari nak.Bapak sambil rebahan saja.”
Pijatan-pijattan dahsyat pun telah membuka ke dua insan memulainya dengan sebuah perkenalan dan terjadi lah percakapan-percakapan singkat akan di balik diri Siddiq dan bapak tua itu.
“Nama ku Ikhsan.Namamu siapa nak?”
“Ikhsan Pak…”.(jawabnya dengan suara lembut)
“Tinggal dimana kok kelihatannya lelah.Maaf sudah merepotkan kamu nak…Bapak tidak mempunyai siapa-siapa,istri Bapak sudah meninggal 2tahun yang lalu sedang Bapak juga tak memiliki anak.”
“Rumah Siddiq jauh..1 km lagi Pak.Inilah hidup.Saya juga tak punya ayah.Beliau meninggal dua tahun yang lalu.Emak yang mengajari Siddiq hingga menjadi kuat seperti ini…”
“Wach…hebat Emakmu.Masih ada juga anak seperti kamu nak,Sopan…tidak layak nya yang Bapak lihat di jalan-jalan ataupun sudut-sudut gerbang luar sekolah.Sekarang pelajar makin miskin akan moral dan ilmu..Tapi kenal kamu,Bapak menemukan sosok anak yang beda”.
“Bapak bisa saja..mungkin mereka lebih bangga dan punya segalanya atas kemewahan orangtuanya,,lain dengan Siddiq pak…apa yang patut di banggakan?Siddiq dari keluarga tak berada.Dapat hidup sampai sekarang saja sudah banyak bersyukur…ya di nikmati ja Pax,,he3x.”
Percakapan itu telah usai saat sore muncul….
“Astaghfirullah…Pak sudah hampir sore.Siddiq harus pulang”.
“Oh ya…Bapak sampai ke asyikan nak,jangan khawatir nak…Bapak antar kamu sampai rumah.”
“Tidak usah repot Pak…terimakasih”
“Ini ada sedikit hadiah tas jasa pijatmu nak,hitung-hitung untuk tambahan saku mu,Maaf tak seberapa.Atau masih kuirang nak?bilang saja…”
“Mungkin Siddiq anak kurang mampu…tapi Emak tidak pernah mengajari ku untuk berbuat pamrih atas sesame.Dan Siddiq ikhlas Pak…simpan saja uang Bapak.Insya Allah esok ada balasannya tersendiri”.
“Amin...Bapk kagum sekali dengan mu nak,Emak mu hebat sekali.Ingin suatu saat Bapak mengenali Ibumu.Kalau tak mau uang…Siddiq harus menerima kalau Bapak antar sampai rumah.Oke”.
“Terimakasih pak…Mari,he3x”.
Dengan di antar…dalam mobil itu menambah keakraban layaknya seorang anak dengan bapaknya.Di akhir perjalanan Siddiq dikasih kartu nama oleh Pak Ikhsan.Agar suatu saat bila membutuhkan sesuatu mohon untuk di hubungi.
Hari demi hari terlewati,empat bulan Siddiq tidak bertemu dengan Pak Ikhsan.Sejak terputusnya hubungan komunikasai di masjid itu.Satu minggu lagi Sddiq UAN.Emak nya bingung memikirkan biaya yang harus dibayarkan demi sekolah anaknya.Suatu malam Emak shalat sunnah dan di akhir sujud nya,beliau berdoa secara tulus…curahan dalm hatinya pun terucap lembut dalam bibir si Emak Siddiq…
“Ya Robbi…berikan lah ketegaran bagi hamba-Mu ini untuk menjalani hidup ini,hamba tak sanggup lagi menanggung semua ini sendirian.Kuatkan jiwa dan raga hamba-Mu semata hanya karena-Mu Ya Allah…Jadikanlah anak-anak hamba esok berguna bagi agama dan ddunia-Mu ini,Berikanlah yang terbaik untuk kami.Kami mohon Ya Robb…Aminn”
Waktu demi waktu telah mengubah musim yang penuh rintangan.Entah kenapa Emak bersemangat sekali menjalani hidup ini.
“Demi anakku…semangat.Akan Emak lakukan apapun nak,Emak ingin melihat kalian sukses di esok hari…”
Dagangan Emak pun laris…setelah beliau hendak pulang,dengan senyum ceria ia kembangkan.Namun kenyataanya berbeda terbalik,sebuah mobil menyerempetnya…dan waktu itupun Siddiq sedang UAN.Firasatnya tadi malamm tidak enak tapi tak di hiraukannya,Demi lulus menghadapi UAN dan membahagiakan anaknya,dengan nilai-nilai gemilang…untungnya,Emak tak separah yang di bayangkan,ternyata yang menabraknya adalah Pak IKhsan.Laki-laki tua yang baik hati,Pak Ikhsan mengetahui bahwa Ibu itu adalah Emak Siddiq.
“Anda Ibu Sidiq?”
“Mengapa pak?
“Ikhsan….”(jawab dengan ramah dan penasaran).
“Ikhsan….”(jawab dengan ramah dan penasaran).
“Siddiq telah mengenaliku kemarin,anakmu sungguh mulia Bu,mungkin sekarang ia telah UAN kan?
“Aku bangga dan senang ketika Siddiq bercerita akan kehebatan Emak nya dan
tidak tahu…”
“Tidak tahu apa Pak?”
“Tidak apa-apa,moohon permisi pulang ya…”
“Terimakasih atas semua kebaikan Bapak”.
Rasa rindu pun telah bersemi diantara kedua orangtua itu.Wajar jika Pak Ikhsan ada rasa…Emak Siddiq pun masih cantik,baik.Waktu…yang merangkainya hingga merubah keadaan.Siddiq telah menyelesaikan UAN dan mendapat peringkat terbaik di catatan akhir sekolahnya.Namun Siddiq tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang tang lebih tinggi karena minimnya ekonomi,Satu bulan…Pak Ikhsan tidak dapat membendung lagi rasa rindunya kepada Emak Siddiq…
“Satu bualn…bagiku waktu yang tepat untuk mengungkapkan rasa ini.Ya Allah jadikanlah hubungan ini esok menuju sunnah-Mu…Aku akan melamar Emak SSiddiq dan semoga ia menerimaku.Aku bangga jika Siddiq menjadi anakku.Aku harus ke rumah Siddiq sekarang”.
Perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan itupun Pak IKhsan demi Emak dan Siddiq.Setelah itu keluarga Siddiq sedang bersendau gurau dalam sunyinya malam yang menemani dengan kehangatan arti sebuah keluarga.Dengan lelucon…adik-adik siddiq menjadikan Emaknya melepaskan lelah.Yang seharian telah membannting tulang.Seketika Pak Ikhsan sampai di rumah dan mengetuk pintu…
“Asaalamu’alaikumm…”
“Waa’alaikumsalam…”
“Siapa tamu malam –malm yang dating Sidduq.coba buka pintunya,Pak
Ikhsan?”(hampir tak prcaya,layaknya mimpi…)
“Ada aopa gerangan kesini?”
“Siddiq…Bapak kangen sama kamu nak,Apalgi Emakmu,he3x…”
“Mari masuk pak…dengan senang hati,Bapak bercanda ya…”
“Iya bapak serious…JUjur bapak kesini untuk melamar Emakmu.Mohon izinkan dan berikan Aku kesempatan Hamidah…Aku ingin menjadi suamimu sekaligu bapak dari anak-anakmu yang cerdas-cerdas ini”
“Sebenarnya rasa ini pula yyang Hamidah rasakan…rasanya seperti mimpi,Hamidah setuju jika anak-anakku merestui.”
“Lanjutkan Emak…kami merestui,”(serentak anak-anak menyetujui).
‘’Terus………..’’
“Ya,duterima Pax….”
“Ya ALLah terimakasih tas semua anugrah ini.Engkau permudah hubungan ini.”tutur Pak ikhsan dalam hati.
Akad dan peseta pun akan segera di rayakan esok.Keluarga Siddiiq menemukan kembali makna keluarga yangn utuh.Dan Siddiq pun esok dapat melanjutkan sekolahnya seperti yang ia cita-cita kan selam ini.INDAH PADA WAKTUNYA….kemudian merteka pun tersenyum manis dengan peluk mesra atas keluarga yang sederhana tersebut.
THE END…..
0 komentar:
Posting Komentar